Sabtu, 17 Mei 2014

Seperti Langkah yang Ikhlas

Sering kali aku harus kembali terjatuh dan tersungkur, kembali harus merasakan nyeri diantara ujung-ujung kaki yang menekan ujung sepatu ketika berjalan turun. Telapak kaki seperti ingin terkelupas, menahan panas karena gesekan kaus kaki yang mengeras, karena di paksa terus berjalan. Senyaman apapun alas kaki yang di gunakan, kaki akan tetap terkelupas ketika digunakan untuk berjalan menempuh perjalanan jauh dan panjang. Tentu melelahkan, karena tujuannya pun belum tampak, dan rasa nyeri itu akan datang, cepat atau lambat. Hanya masalah waktu. Pernah suatu kali aku berjalan di indahnya...
Read More




Kamis, 15 Mei 2014

Diantara Hembusan Angin dan Hawa Dingin

Gumpalan awan itu menghitam, sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Aromanya mulai tercium ketika angin perlahan menghembus, membawa kabar gembira. Kesejukan sebuah kehidupan di turunkan dari langit. Jalanan begitu hening ketika aku melintas, seperti biasa. Mencari sebuah ketenangan dari lelahnya perjalanan yang entah kapan akan berakhir. Roda ini harus di putar kembali, tidak boleh terhenti di satu titik. Keseimbangan ini harus berputar kembali, melalui porosnya. Udara di kaki gunung memang begitu segar, sesekali menghembuskan udara yang menjadi dingin. Kabut turun pelan-pelan,...
Read More




Selasa, 13 Mei 2014

Senandung Itu, Bernada Penyesalan

illahi lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa 'ala naari jahiimi Fahabi taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil 'adzimi... -potongan lirik senandung Abu Nawas- Alunan lirik bernada doa itu mengalun perlahan, sebuah pengakuan akan dosa-dosa yang telah di perbuat. Mengiris hati, menggetarkan nurani. Senandung itu seperti menghempaskanku kedalam sebuah jurang penyesalan. Aku luluh dalam sepersekian menit, persedianku lemas. Tak berdaya di hadapan-Nya. Entah mengapa, pagi ini aku menjadi begitu relegius. Setiap hentakan nada dalam nadiku seperti mengingatkan akan semua kesalahan...
Read More




Senin, 12 Mei 2014

Bila Waktu Telah Memanggil

Tidak akan ada yang tersisa selain kenangan. Tidak akan ada kata-kata indah yang akan terucap lagi, tidak akan ada lagi berbait-bait puisi yang tertuang di dalam lembaran kertas. Tidak akan ada lagi suara derap langkah kaki yang menyusuri jalan setapak berbatu, terjal. Tidak akan ada lagi yang bisa dilakukan. Aku ingin sekali bercerita tentang indahnya rembulan, berbaring diantara rerumputan. Menatap langsung menghadap angkasa. Semilir angin bisikkan kerinduan, lembut menyentuh kulit, mengusap jemari, membelai hati. Seperti bisikan kata yang terucap dari bibirmu, menyentuh perasaan,...
Read More




Mentari Itu, Hanya Sekilas Menyapa

Entah,  mungkin memang seperti itu maunya. Mentari yang tenggelam itu seperti hanya menyapa dalam setengah putaran hari saja. sejenak menghangatkan penuh dengan kasih ketika pertama kali muncul dan menyapa, sejenak membakar ketika mencapai pada pertengahan hari, dan sejenak mempesona penuh dengan cinta dan pesona ketika hendak tenggelam. Dan akan pergi begitu saja, menimbulkan sejuta tanya tentang pesona yang tak lagi muncul ketika gelap menjelang. Ia tak berbicara, sedikit kata yang keluarpun hanya sebatas sapa. Tak mengeluarkan makna, tak tahu arah dan tujuannya, hanya sekedar ...
Read More




Minggu, 11 Mei 2014

Siluet, Latar Indah yang Mempesona

Siluet itu, terlihat indah meski objek yang di tangkap oleh jepretan kamera/mata hanya gelap. Ada latar indah di belakangnya. Ada pesona dan keindahan dibalik kegelapan yang terlihat. Sejenak kaki berdiri menikmati pertunjukan alam, menari bersama indahnya kenangan masa lalu. Menikmati secangkir teh manis diantara semburat wajah mentari yang menjingga. Tersenyum, diantara rimbunnya dedaunan pekarangan rumah. Sehijau masa depan yang penuh dengan asa. Sesegar embun pagi diantara kicauan merdu burung-burung liar yang terbang bebas. Hinggap dari satu pohon ke pohon berikutnya. Mencari...
Read More




Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML