Sabtu, 28 Juni 2014

Setitik Tanda Diantara Namanya

Awal itu akan datang dengan sendirinya, awal itu akan menyapa kita ketika kita tidak pernah berhenti untuk tetap berusaha menggapai apa yang di inginkan. Mencoba mendapatkan sesuatu yang lebih baik, tentu harus pula dilakukan dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya. Jika kemarin ku katakana kepada gelombang, sekarang aku berbisik kepada sang angin, agar sampai di puncak tertinggi diantara pegunungan yang tinggi menjulang. Terkadang harus menjadi karang, menahan setiap terjangan masalah yang melelahkan, mencoba berdamai dengan rasa takut, mencoba berspekulasi, karena semua ini hanyalah sebuah...
Read More




Jumat, 27 Juni 2014

Isyarat Itu Berbicara Melalui Firasat

Masih bisa ku dengar suara yang sama meski dengan nada yang berbeda. Perlahan suasananya mencair, perlahan mengalir tenang. Seperti sapa yang dulu begitu akrab terdengar ketika pagi menjelang, aku seperti terjaga di tengah malam. Seperti lantunan lagu melayu yang mendayu-dayu, bergelombang, aliran cerita itu berjalan sesuai dengan yang ku perkirakan, meski lambat bergerak, namun semuanya seperti apa yang sudah di isyaratkan di awal kisah.             Ada isyarat yang begitu jelas dan bisa ku tebak arahnya, masih bisa ku terka laju ceritanya....
Read More




Selasa, 24 Juni 2014

Senja, Aku Membencimu

Waktu tanpa terasa berjalan begitu cepat, meniti langkah dalam setiap alur tangga yang tersusun turun. Menuju kedalam relung terdalam dari hati yang sepi, menyusuri setiap kelokan dan persimpangan yang terus selalu ada di depan. Aku hanya akan selalu menatap ke depan, bukan menatapmu. Begitu kau katakana kepadaku, seperti yang kau katakana, kepekaanku mulai hilang seiring mentari yang tenggelam. Aku perlahan kembali menjauh, meninggalkan sejuta kesan tentang semburat jingga yang merona. Aku kembali di tikam oleh sebuah tindakan konyol yang selalu menuntunku kedalam sebuah prahara yang...
Read More




Prolog (Nada asmara)

Burung gereja itu, melayang-layang rendah, berpasangan. Berdansa dihari yang begitu terik, bersama dengan kicauan yang selalu keluar dari paruh mungilnya. Berdendang tanpa memperdulikan sekitar, diantara rerumputan yang mulai mengering, diantara pepohonan tanpa buah, diantara jajaran pegunungan yang menghadap ke lautan.  Aku hanya bisa menyaksikan dengan iri, betapa damai hidupnya, betapa serasi terlihat, hidup bersahaja, sederhana di tengah hukum rimba yang menakutkan, hukum yang akan mengatakan, yang kuat akan kembali berjaya, yang lemah akan semakin terpuruk tak berdaya.            ...
Read More




Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML