
#Kemarin
“Buatkan aku sebuah kata-kata. Aku ingin
mendengarkannya.” ia meminta, matanya menatap ke depan, mengunci pandanganku.
Sayu, ada kerinduan di sana, tapi jelas tak ada keberanian untuk mengatakannya.
Aku cukup jelas bisa melihatnya, bertahun-tahun aku mempelajari tatapan mata
itu. Ini tidak mungkin salah.
Aku tersenyum, kemudian menatapnya. Halus.
Ada sebuah relung jiwa yang menganga, teriris pelan,
menyayat, tapi tak ada rasa sakit di sana. Hanya ada sebuah rasa yang kemudian
memudar, tak jelas. Aku tak tahu ini pertanda apa, apakah ini adalah permintaan
terakhirnya?...