Sabtu, 10 Mei 2014

Pelajaran Dari Obrolan Pinggir Jalan

Malam yang terang meski tanpa bintang. Sesekali kendaraan bermotor melintas, membelah jalanan yang semakin sunyi. Kota ini tampak begitu lengang, berbeda dengan kota dimanaku berdomisili . Dari obrolan pinggir jalan, bertemu dengan orang-orang baru. Misi awalnya jelas, menemui sahabat lama, membuka koneksi untuk sekedar melanjutkan semangat yang sempat kandas. Obrolan pinggir jalan, dengan segala rentetan pembicaraan. Berawal dari mengenang masa lalu, menceritakan harapan di masa depan, mengenang kejadian konyol beberapa tahun silam, hingga curahan hati mengalir seperti derasnya air yang...
Read More




Kamis, 08 Mei 2014

Aku dan pohon rindang

Sejuk memang, berada di bawah pohon rindang, terlebih ketika matahari berada tegak diatas kepala. Semilir angin di bawah pohon rindang menjadi pilihan terbaik, melebihi ruangan ber AC lengkap dengan fasilitasnya.  Dan kurasa semua orang akan menyetujui ini. Bukankah begitu? Kurasa sudah ku dapat jawabannya. Semilir angin, pohon rindang, suasana tenang, tentram, adakah yang menginginkan lebih dari itu? Ternyata, ada ketenangan yang tersimpan diantara pesan semilir angin di pohon rindang. Pohon itu bisa menjadi rindang, teduh, sejuk ketika berada diantara dahan-dahan yang bercabang....
Read More




Rahasia, tetap diam tak berucap

Terik ini kurasa begitu membakar tubuhku yang kian melemah. Kian renta karena usia. Energiku seolah habis terserap berbagai masalah yang tak pernah merasa lelah menggempur. Yang bisa dilakukan hanya mencoba bertahan, diam membatu. Mencoba kuat meski sesaat. Hanya saja, aku tersadar setelah sekian lama. Tak seharusnya energi ini ku habiskan pada saat ini. Sementara aku tak tahu sampai kapan kehidupan ini berlanjut. Ada baiknya jika sedikit ku sisakan energi ini untuk kembali melanjutkan perjalanan yang tak tahu dimana kan berujung. Sembari bertahan, ada baiknya kembali mengumpulkan...
Read More




Rabu, 07 Mei 2014

Angin berhembus, pelan bercabang

Angin berhembus, pelan bercabang. Menyelinap diantara lintasan yang membentang. Lagu itu, untuk kesekian kali terdengar merdu. Kesekian kalinya lagu itu di nyanyikan oleh sentuhan lirih angin yang bercabang. Dedaunan, satu persatu jatuh ke tanah yang basah. Dedaunan yang berwarna kering, tak kuasa bertahan diantara cabang dahan, bahkan selembut apapun angin membelainya ia akan jatuh perlahan, hanya menunggu waktu. Melayang-layang sebelum terhempas bebas menghantam tanah basah. Dedaunan itu gugur, tanpa ada yang bisa menahannya . Angin berhembus pelan, menerbangkan debu-debu halus...
Read More




Di batas kota (ketika sore menyapa)

Menyimpulkan dari pembicaraan beberapa waktu silam. Entah mengapa waktu yang telah berlalu itu kembali terbesit di benak. Di suatu sore yang cerah, seperti biasa suasana kota ini begitu romantis (bagi sebagian orang). Tanpa sengaja, mataku menyaksikan pedagang yang berkeliling menjajakan dagangannya, seolah terik matahari yang membara itu adalah sahabat sejati. sahabat yang selalu menemani setiap langkahnya dalam menjemput rezeki. Tak perduli pakaiannya basah oleh peluh, tak perduli telapak kaki yang beralaskan sandal jepit itu bertambah keras, karena entah berapa puluh kilo meter...
Read More




Tersesat...

Aku pernah tersesat diantara belantara rimba, meraba setiap jalan yang akan di lewati. Sesekali tergelincir, sesekali merasa gelisah, sesekali harus menarik nafas panjang, sesekali harus terduduk. Serangkaian kejadian yang sebenarnya tidak ingin dilalui. Meski letih, berjalan dengan kaki tertatih jalan itu mampu di lalui. Menemukan jalan keluar, menemukan jalan untuk kembali pulang. Masih terbayang dengan sangat jelas waktu itu, ketika kabut mulai menutup, begitu pekat. Gelegar halilintar terdengar mengerikan, mencengkram perasaan menjadi was-was dan gelisah, rasa takut? Jangan di...
Read More




Berjalan itu hanya melangkah, tak perlu tegap, tak perlu cepat.

Pernah suatu ketika, waktu itu senja begitu berbeda meskipun tampak sama. Namun entah kenapa senja itu tidak setenang biasanya, ada rona kecewa yang terlihat dari cahaya jingganya, ada setitik nila diantara pesonanya. Tak sadar ketika petang hendak menikam, ia masih berada diantara rasa kecewa yang membungkam. Lalu kegelapan benar-benar menghunus ribuah tusukan tajam tepat ke jantungnya, tanpa bisa mengelak ia terjebak. Tanpa bisa merasa, ia binasa. Seketika. Isak tangis rembulan mengiringi kepergian cahaya senja, digantingan dengan lentera rembulan yang menenangkan. Namun rembulan...
Read More




Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML