Terik ini kurasa begitu membakar tubuhku yang kian
melemah. Kian renta karena usia. Energiku seolah habis terserap berbagai
masalah yang tak pernah merasa lelah menggempur. Yang bisa dilakukan hanya
mencoba bertahan, diam membatu. Mencoba kuat meski sesaat.
Hanya saja, aku tersadar setelah
sekian lama. Tak seharusnya energi ini ku habiskan pada saat ini. Sementara aku
tak tahu sampai kapan kehidupan ini berlanjut. Ada baiknya jika sedikit ku
sisakan energi ini untuk kembali melanjutkan perjalanan yang tak tahu dimana
kan berujung.
Sembari bertahan, ada baiknya
kembali mengumpulkan sisa-sisa kepingan harapan yang tercabik-cabik oleh
keadaan. Tidak ada yang tahu masa depan seseorang, meskipun cerita ini ku awali
dengan kisah kelam, namun siapa yang tahu di masa depan nanti. Akankah berakhir
kelam atau terang benderang.
Tidak ada salahnya jika mencoba
melakukan dan menjadi lebih baik. Menjadi benar mungkin akan melalui banyak
hal, akan ada lebih banyak rasa sakit dan akan ada lebih banyak rasa letih. Namun,
sekali lagi ku tegaskan, aku tak tahu dengan masa depanku akan berakhir seperti
apa.
Pernah ku ungkapkan, ingin sekali
ku lihat isi dunia ini. Berkeliling diantara pesona yang selalu
mengintimidasiku. Bercengkrama dengan alam sejuknya, bercengkrama dengan
orang-orangnya. Menikmati setiap langkah yang tidak selalu indah. Kemudian menuliskannya
kedalam lembaran-lembaran kertas, merangkainya dengan sedikit cerita
petualangan, di bumbui dengan ungkapan rasa cinta, di kombinasikan dengan
sebuah penyesalan dan kekecewaan, dan sebelum mengakhirinya dengan indah ingin
ku tambahkan sedikit petualangan yang menegangkan, sedikit dramatis agar tak
terlalu datar alur ceritanya..
Dan kau tahu, keinginan yang
sempat terbang entah kemana itu kini kembali menyapa diantara keheningan ini. Berbicara
diantara gelap dan dingin. Mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka,
mencoba kembali mengajakku berjabat tangan, kembali menggandengnya dengan
genggaman keyakinan akan sebuah kekuatan harapan.
Tatapannya,
terlihat seperti tatapan wanita penggoda. Sesekali tersipu, sesekali melirik. Ia menggoda dengan
cara selayaknya wanita manja.
Lalu, ingin ku peluk semua
harapan dan impian itu. Menggenggamnya dengan sangat kuat, tak akan ku biarkan
kembali terlepas meski sesaat. Tak akan ku biarkan angin membawanya berkelana
lagi, karena aku yang akan berkelana dengan impian-impian itu.
Sisakan sedikit energimu untuk
melanjutkan langkah yang kian terasa berat. Jangan habiskan kekuatan itu hanya
untuk menghadapi getirnya kenyataan yang menikam (saat ini).
Waktu menyapa dengan mesra. Embun
pagi terlihat begitu menakjubkan, sisa tetesan yang mencair di ujung dedaunan,
seperti berlian memantulkan cahaya mentari pagi, bisikan kata-kata mesra. Awan seputih
kapas, bergelombang samudera di angkasa. Melukiskan kenyataan yang tak kasat
mata, berjuta rahasia tak berucap.
Di ujung malam, diantara lelap. Sunyi
ini merdu sekali. Keheningannya bagaikan syair-syair yang mengalun dari aksara
sang pujangga.
Rahasia. Tetap diam tak berucap, (untuk masa depan).
…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar