Menyimpulkan dari pembicaraan
beberapa waktu silam. Entah mengapa waktu yang telah berlalu itu kembali
terbesit di benak. Di suatu sore yang cerah, seperti biasa suasana kota ini
begitu romantis (bagi sebagian orang).
Tanpa sengaja, mataku menyaksikan
pedagang yang berkeliling menjajakan dagangannya, seolah terik matahari yang
membara itu adalah sahabat sejati. sahabat yang selalu menemani setiap
langkahnya dalam menjemput rezeki.
Tak perduli pakaiannya basah oleh
peluh, tak perduli telapak kaki yang beralaskan sandal jepit itu bertambah
keras, karena entah berapa puluh kilo meter ia berjalan, bergerak pelan, menyusuri
setiap gang, jalan raya, perkampungan. Membelah
waktu, menyonsong sebuah harapan baru, berharap anak istri bisa tersenyum
ketika ia pulang dengan beberapa lembar rupiah. Menyambung asa untuk tetap
bertahan dengan terpaan situasi kota yang kian merajalela, menikam siapa saja.
Hidup bukanlah hanya sekedar mencari
nafkah, karena semuanya berjalan berdasarkan ibadah. Setiap peluh yang menetes,
setiap langkah kaki yang terus berpindah, setiap helaan nafas yang terkadang
begitu berat karena himpitan kenyataan, semuanya adalah kenikmatan yang di berikan
sang khalik. Kenikmatan yang seharusnya tidak di khianati oleh sumpah serapah
karena merasa lelah.
Kembali terbayang akan kisah masa
lalu, begitu klasik dan romantic. Ada euphoria di dalamnya, ada asa yang
melambung tinggi, menembus cakrawala. Ada harapan yang terbesit di setiap
keinginan masa depan.
Dari pinggiran kota ini, aku
menatap kejadian yang terlihat begitu gamblang. Jelas sekali terlihat, meski
dengan mata tertutup. Semuanya bisa tergambar hanya dengan menarik nafas
sekalipun.
Rerumputan itu tampak tenang
bergoyang, hijau terlihat di pekarangan. Begitu tenang sekilas mata memandang. Hamparan
rumput yang menghijau itu mungkin hanya kiasan kenangan yang tak lama kemudian
menguning kering ketika hujan tak kembai membasahi bumi.
Akan ada masa sulit diantara masa
tertawa. Akan ada kegelisahan diantara bahagia. Akan ada rasa takut diantara
berani yang meninggi.
Sekali merasa kecewa akan di
balas dengan ribuan rasa bahagia, ribuan kali melakukan kesalahan akan dibalas
dengan jutaan kata maaf beserta nikmat yang di janjikan. Seribu kali berkhianat
akan digantikan dengan kasih sayang yang tak terkira, begitulah sabda-Nya. Dan begitu
pula seharusnya kita mencoba bersikap.
Setiap kejadian yang tersirat
tentu mempunyai maksud meski tak tersurat. Ada sabda yang tak terbaca namun
bisa di yakini oleh segenap hati.
Melihat anak-anak yang bermain
itu sungguh indah. Ingin kembali mengulang ke masa itu, namun waktu tidak akan
mengizinkannya. Karena prosesnya kita harus menjadi berkurang usia dan
bertambah tua. Hanya bisa mengambil makna dari yang mampu di rasakan oleh panca
indera.
Di batas kota, ketika sore
menyapa dengan kehangatan sesingkat membalikkan telapak tangan. Kembali ku
rasakan hangatnya sebuah harapan. Bukan saatnya merasa menjadi tidak berguna. Bahkan
benalu sekalipun tentu ada manfaatnya.
Tidak harus menyalahkan siapapun.
Karena keindahan rembulan di tengah malam hanya akan terlihat ketika
benar-benar gelap. Harus ada sisi gelap diantara cahaya yang terang benderang,
agar terlihat. Agar bisa merasakan keindahannya. Harus ada dua sisi yang
berbeda, karena sisi itulah yang akan melengkapi. Sisi yang akan terus bersatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar