#Tafsir
Bahkan aku tak
mengenalnya. Pertama kali ku sapa, tak ada maksud lain yang terlintas di dalam
benak, hanya ingin menyapa dan mengucapkan terima kasih. Namun, akan selalu ada
hal menarik, hingga aku menuliskan ini. Tengah malam, ketika udara di kota ini
benar-benar menjadi sangat dingin.
Segera tuntas
pekerjaanku, dengan pikiran yang bisa ku bilang ‘kacau’ aku harus bisa
menunaikan kewajiban bukan? Tak ada kompromi untuk memberikan yang terbaik
dalam menuntaskan tanggung jawab, karena pernah ku dengar bahwa ‘tanggung jawab
adalah sebuah kehormatan’ dan itu akan selalu ku tunaikan, meski memang masih
ada kesalahan, karena ku anggap itu adalah prosesnya. Dan begitulah aku
menjalani hidup.
Pekat merayap
pelan, menelan semua kecerahan di angkasa, di luar tak ada kehidupan, sepi.
Ketika ku telisik tentang dia, seseorang yang tak ku kenal itu. Ada sebuah
makna yang entah seperti apa wujudnya, yang ku tahu bahwa jelas masih ada orang
yang melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya, dan jika itu menyangkut
rasa, aku akan selalu tertarik untuk menelisik, membuat lembaran demi lembaran
kisah tentang itu.
Naluriku terlalu
kuat untuk dicegah, namun ada sedikit kemampuan untukku selalu bisa menemukan sumber
cerita, meski dengan versi yang berbeda, namun ku yakin alurnya akan tetap sama,
satu persatu kisahnya terungkap, ada makna yang sedari awal ku terka, wanita
ini mengalami kejadian yang tentu tidak ingin di alami. Wajar, ini hanya
menjadi sebuah parodi pada akhirnya, lelucon sebelum kebenaran itu muncul. Tak
habis fikirku tentang seseorang yang mengungkapkan rasanya dengan cara seperti
itu.
Dia -lelaki-
tidak hanya menyulut dahan kering dengan api, namun juga menambahkan angin dan
bahan bakar, tentu saja dia hanya akan mendapatkan abu, abu yang bahkan hanya
akan menghilang ketika musim kemarau datang, angin akan membawanya terbang,
hilang.
Bagaimana
mungkin dia akan menjelaskan bahwa itu adalah bentuk dari kasih sayang? Bukan,
itu hanya ambisi, hasrat. Seperti birahi yang meninggi, dan kemudian menghilang
jika sudah tersalurkan. Sesaat.
Lalu bagaimana
dia akan menjelaskan, ketika bentuk perhatiannya justeru meneror sang pujaan?
Itu juga bukan hal yang baik, tapi aku tak bisa berkata benar atau salah,
karena tentu itu akan menjadi sebuah bahasa yang semakin tak jelas arahnya.
Benar dan salah? Itu klise.
Aku belajar dari
banyak hal, dari sebuah kemungkinan yang terbilang memiliki peluang mendekati
mustahil, jika mengukur dengan presentase. Namun, ku tegaskan, tak akan ada hal
yang mustahil, mengukir di atas air dan menggurat pena di angkasa itu bisa
dilakukan, caranya? Tak perlu bertanya-tanya tentang itu, karena jika kau tak
yakin dengan itu, mustahil kau mengerti tantang jawabanku, kau baru akan
mengerti itu jika kau meyakini apa yang ku yakini.
Dan wanita ini,
meski aku sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi antara dia dan orang itu, aku
belum cukup tahu tentang semuanya, tapi setidaknya dia -yang tidak ku kenal-
bisa membuka mataku, bahwa ada cerita seperti ini, dan itu nyata.
Tentu akan ku
buat ambigu, karena aku berharap bisa memperjelasnya, dalam balutan nada dan
dentingan dawai kehidupan.
…
Terima kasih
telah menemani dalam setiap detik di penghujung waktu, terima kasih untuk
setiap detik waktu yang tersedia ketika di awal waktu ia kembali menyapa,
terima kasih untuk secercah keyakinan tentang permukaan setiap kemungkinan yang
mulai tenggelam, si penggenggam hujan akan bersenandung, dan dia akan menemukan
‘pelukis langit’ dengan versinya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar