#Pahami Ini
Lekaslah pergi
ketika tak kau dapati apa yang di cari, beranjak menjauh, atau mengasingkan
diri. Yang terakhir adalah langkah yang paling bijak, jika memang semua cara
telah menemukan titik jenuh, tak ada lagi yang bisa dilakukan, tak ada lagi
yang bisa ditemukan kecuali dengan perjalanan.
Tak perlu alasan
bukan, bahkan ketika kau mencitai seseorang, terkadang kau tak perlu alasan, karena
jika memang semuanya harus beralasan, bisa jadi nanti kita akan membencinya
karena alasan-alasan itu. Aku mecintaimu tanpa alasan, tanpa ada materi yang ku
beri, maka aku akan pergi menjauh tanpa alasan, tanpa apa pun, tak perlu di
sesalkan, karena perjalan akan membawaku, membawa kita, terutama kisah yang
entah apakah akan kau kenang, karena terkadang memang ‘melupakan’ adalah bagian
terbaik jika kau tak bisa ‘rela’.
…
November yang
basah, tak ada kegaduhan selain rinai hujan yang menghujam keras di atap-atap
rumah, kantor, gedung-gedung tinggi, pertokoan, pusat perbelanjaan, jalan raya,
gang sempit atau apa pun. Gaduh. Selepas gelap melepas kepergian siang, mentari
hanya menyapa ragu, seperti hati ini yang tak kunjung yakin.
Aku, sama
seperti para wanita itu, memiliki harapan yang sama, memiliki keinginan yang
tak jauh berbeda. Terlebih jika itu berkata tentang urusan cinta, naif jika ku
menampik bahwa kehadiran seorang lelaki itu tidak penting, realitanya, aku
bahkan merindukan ada seseorang yang menyapa di kala fajar menyapa, atau ketika
malam semakin matang. Ahh, aku bahkan merindukan canda dan tawa bersama,
menikmati secangkir es krim bersama, duduk di meja yang sama, atau mungkin kita
berdiskusi mengenai buku yang dibaca, sederhana bukan? Ya, ku pikir semuanya
sesederhana itu.
Tapi, sepertinya
memang tidak sesederhana itu. Heran, tentu saja. Aku bahkan sulit untuk
menjelaskan bagaimana menerjemahkan rasa cinta ke dalam kata-kata, lantas, aku
selama ini menjadi bagian dari si penyambung hati, selalu dan selalu. Aku bisa
begitu lugas, menjelaskan perkara yang menyangkut rasa. Semua ini hanya seperti
parodi bagiku.
Ada yang selalu
mengeluh tentang semuanya, bahkan ada yang berujar bahwa hidup ini tak adil?
Aku ingin tahu, ini tak adil untuk siapa? Bodoh, jika aku bisa mengumpat, aku
akan lancarkan ribuan serangan dengan kata-kata kasar, tapi sayangnya, aku tak
segila itu, masih ada banyak kata untuk menyadarkan mereka, dan tentu saja aku
sedang menyadarkan diriku sendiri. Sial, semuanya hanya menjadi sebuah angan tanpa
bayang, nyata pun tidak, bagaimana aku bisa merasakannya, ini terlalu dingin
untukku.
…
Beberapa waktu
yang lalu, ada sesuatu yang tidak ku mengerti. Ini cerita tentang dua orang
pasang, tak jelas status mereka. Satu hal yang pasti, aku berada di antara
kisah mereka. Ini bukan keuntungan bagiku, mencoba memahami dari dua sisi yang
berbeda. Ku beritahu kau akan satu hal, perempuan itu sahahabatku, sementara
yang lelaki, bahkan aku tidak kenal siapa dia, tapi aku sekarang cukup
mengenalnya.
Dari sudut
pandangku. Tentu tak akan ada pola yang akan tercipta begitu saja, semuanya
harus saling berkaitan, satu sama lain, memahami dan mengerti, itu adalah harga
yang harus dibayar jika membawa persolan rasa ke dalam ranah logika.
Ini bukan
persoalan pilih memilih, bukan juga persoalan layak atau tidak layak. Aku hanya
tidak mengerti, kenapa semuanya bisa menjadi begitu rumit, bagi mereka. Aku
terlalu takut kehilangan sahabataku, aku bahkan tidak akan membuka aibnya,
biarkan semuanya berjalan seperti itu, bagaimana pun juga, dia adalah
sahabatku, aku lebih dari sekedar tahu bagaimana dia bersikap.
Sementara itu,
aku tahu bahwa lelaki itu baik, humoris, pengertian, puitis, mungkin juga
sedikit cerdas, asyik,kurus, datu hal lagi, dia gila. Gila dengan ide dan
cita-citanya, ku pikir tak semua orang berpikir dengan caranya, idenya tak
masuk akal, bagiku. Itu penilaianku tentangnya, Tapi di luar dari semua
penilaianku itu, dia layak untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, dari
sahabatku, sekali pun itu menyakitkan, tapi dia layak mendapatkannya, ahh, tapi
memang menjadi tak indah jika semuanya cepat berlalu.
Aku tak begitu
paham dengan jalan pikiran mereka.
….
Dingin, tak ada
lembayung senja yang menggantung di angkasa hari ini. Terlalu pekat, hujan
berdansa sepanjang hari, tak memberikan kesempatan kepada para pengagum senja
menikmati secarik keindahan yang tertuang di selembar cakrawala. Tak ada
bintang malam ini, terlebih rembulan, hanya ada desau angin yang berbisik manja,
hanya ada suara sisa tetesan air hujan yang berada di atas atap kamar ini.
Sebuah makna
dalam perjalanan, mengasingkan diri, mencoba tak tersentuh dengan kenyataan
yang menyakitkan, atau berkamuflase dengan lingkungan sekitar. Mencoba meraba
dari setiap jengkal makna kehidupan, yang terkadang menerjang, tanpa ampun,
tanpa belas kasihan.
Aku menjadi si
penunggu waktu, menunggu tiap detik waktu yang berputar, mencoba mencari dan
memahami, ada apa yang terjadi di luar sana, aku terlalu takut untuk
meninggalkan ketakutan ini, aku menjadi si penunggu waktu, hingga mungkin waktu
akan menjemputku, entahlah, aku hanya bisa berharap, waktu akan membawaku,
jauh.
Aku bisa rasakan
hujan memelukku erat, dingin di sekujur tubuh, menggigil. Aku bisa merasakan air
semangat itu diciptakan melalui air, aku bisa merasakan bahwa sebagian orang
akan merasa tenang ketika hujan turun, dan aku akan menggenggamnya, meski itu
akan menjadi mustahil. Tapi, aku akan menggenggam hujan, menjadi penjaga
semangat yang dilukiskan melalui rinai-rinai air yang tumpah dari awan kelabu
itu, aku ingin menggenggamnya, hingga nanti bisa ku lepaskan genggaman ini,
jika ada seseorang yang bisa merasakan hangat pelukannya.
Ini secarik
cerita yang aku tak tahu dari sudut mana aku melihatnya, bahkan jika benar itu
adalah sudut yang ku maksud, aku akan mulai memahami ini semua, bahwa kita
hanya akan mati setelah hidup. Semuanya belum berakhir, dan ini terlalu dini
untuk diputuskan. Ini akan menjadi bagian dari awal perjalanan yang tidak
diketahui, berjalan seorang diri, mungkin akan menjadi sebuah pencarian hakiki,
menapaki sisa-sisa kehidupan yang mulai menjemukan, aku perlu sesuatu yang
baru, dan di sinilah aku melihat awalnya,
dari sudut yang berbeda aku akan memulainya. Begitulah rencananya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar