
#Kontradiksi
Braga, setelah petang datang.
Sedikit kaku, aku hanya melemparkan
senyum kecut ke arahnya, ku buat semanis mungkin. Aku berusaha maksimal. Jika
saja bisa ku serap energi bumi, mungkin sudah ku serap semua energi bumi ini,
hanya untuk melukiskan senyum terbaik di wajahku yang terlanjur berantakan.
Huft, aku hanya bisa menghela napas di dalam hati.
“Kamu aja yang makan, aku ga laper!”
tidak ketus memang, tapi tegas pernyataannya.
“Kenapa?” tanyaku singkat. Menelan ludah
yang sepertinya tercekat di tenggorokan.
“Aku udah ga laper.”...