Minggu, 01 Desember 2013

3.19 (Dini Hari)




Malam yang selalu dingin, dengan semua kisah yang kelam. Tentang pengkhianatan dari sebuah tindakan. Tentang opini, tentang pendapat, tentang usulan, semuanya hanya kiasan, sebuah topeng yang di kenakan secara permanen.
Syahdu, ketika malam ini semua cahaya terlihat redup karena kabut. Perlahan-lahan kabut itu mulai menutupi sebagian permukaan bumi, menyelimuti setiap tubuh makhluk yang hidup di tempat ini. Menyamarkan kekhawatiran dan kegetiran karena nurani yang terbelenggu.
Kelelahan perlahan menghampiriku, menghampiri kami. Ironi yang selalu bersenandung merdu, berpadu dengan suara-suara sumbang dari seberang. Tak mengerti apa yang dilakukan, tak memahami apa yang di kerjakan, maka sebuah tindakan hanya akan menjadi sebuah asumsi berkepanjangan tanpa menghasilkan solusi yang pasti.
Lalu, bertindak dan mengambil langkah setapak demi setapak, meraba akan jalan yang akan di tempuh, sesekali berpegangan kepada sebuah kepercayaan akan sebuah harapan dan impian. Sesekali terjatuh karena tersandung sebuah masalah, terbaring karena lelah, dan terkadang menangis diantara renyahnya tawa. Semua itu menjadi sebuah senandung yang akan terus terdengar di sepanjang sisa umur ini.
Membuka hati, menata nurani yang berserakan, mencari arti cinta dan keinginan untuk tetap berjalan. Adalah sebuah langkah yang harus di tempuh. Bersikap apatis terhadap setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita bukanlah hal yang bijak, dan pada suatu masa secara perlahan dan suatu saat kita akan merasakan indahnya sebuah tangis, percayalah.
Aku masih ada di jalan ini, mencoba menata kembali semua harapan yang sempat berserakan, mencoba untuk tetap konsisten terhadap sebuah tujuan. Meski penolakan dan cibiran mulai terdengar seperti nyanyian ketika pesta berlangsung. Entah sampai kapan kaki ini berhenti melangkah dan terhenti di suatu titik. Entah sampai kapan, semua harapan dan impian itu akan tetap berada di sanubari. Yang ku tahu, hingga saat ini aku masih memilikinya, dan akan terus memilikinya hingga nanti.
Sayang, malam telah berganti menjadi pagi. Sesaat lagi mentari kan menyapa kita. Masihkah kau berada di sisiku, masihkah kau kan bertahan dengan keadaan ini?
Dan ketika siang menjelang, mentari pasti kan bakar semua isi bumi, dan perlahan akan menjadi kering. Akankah kau bias menjadi oase diantara teriknya mentari yang membakar bumi, membakarku?
Lalu ketika hujan turun dengan derasnya, hingga menghempaskan semua yang ada, akankah kau berada di sampingku, memberikan pelukan hangat dan rasa tenang?
Kecemasan akan selalu ada, ketakukan akan selalu menjelma menjadi sosok yang begitu kejam, akankah kau bersedia mengulurkan tangan dan kembali membangkitkan aku ketika terseok-seok dalam menjalani semuanya?
Dan pada pertengahan malam ini, aku kembali didatangi oleh ribuan pertanyaan tentang semua ini..
Selamat pagi sayang…
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML