Selasa, 29 April 2014

savanna.senja064ls: makna perjalanan (kemanakah kau akan pergi?)

savanna.senja064ls: makna perjalanan (kemanakah kau akan pergi?): berawal dari sebuah keinginan. berawal dari sebuah perbincangan sederhana dengan hati. lalu semuanya menjadi begitu menarik. rasa ingin...
Read More




makna perjalanan (kemanakah kau akan pergi?)


berawal dari sebuah keinginan. berawal dari sebuah perbincangan sederhana dengan hati. lalu semuanya menjadi begitu menarik. rasa ingin tahu lebih jauh mulai menggelitik, mulai mempengaruhi pendirian yang sebenarnya tidak terlalu kuat. lalu, tergeraklah seluruh sistem dalam tubuh ini (seperangkat dengan perasaan tentunya) untuk memulai menuliskan sebuah kisah (yang ingin berakhir indah).

lalu, mulailah jemari ini lincah menuliskan berbaris-baris puisi, mengirimkan berbagai kata-kata indah nan romantis. dan sesuai prediksi semudah menuliskan kata-kata indah itu sang wanita itu begitu terpesona. lalu mulai babak awal sebuah kisah tertulis di dalam sebuah buku harian. memberikan bunga-bunga indah di hati sang wanita.

perjalanan yang begitu menyenangkan, hari-hari hanya ada ungkapan rasa sayang. saling menguatkan ketika salah satunya mengalami kesulitan. tampak begitu indah. bahkan senjapun iri menyaksikan pasangan ini. 

namun seketika hujan turun begitu deras, hingga tak sempat untuk berteduh. basah, aliran air begitu deras menyapu, seperti air jutaan galon yang langsung di tumpahkan ke sebuah jalan. hanyut, sang wanita terbawa derasnya air. tak ada yang bisa di lakukannya, sadar karena tak mungkin melawan arus, hanya mencoba berpegangan erat pada sebuah pohon yang sudah lapuk di makan usia.

dan ketika pohon itu tak kuasa menahan terjangan air, maka terlepaslah pegangan tangannya, kemudian hanyut. terseret arus, tenggelam.

tragis, pasangan yang membuat senja iri, harus berakhir pada arus takdir yang begitu kuat. berakhir catatan indah itu. dan pada akhirnya senja tersenyum karena tak ada yang menandingi romantisme dan ketenangannya, semua orang terpesona dengan warna jingganya. dengan kelembutan dan kehangatan belaian cahayanya.
.......

sebuah pembukaan fiksi yang awalnya begitu indah, penuh dengan optimisme dan keyakinan akan sebuah kekekalan rasa. namun harus berakhir dengan terpaan takdir yang tangan manusia tak mampu menggapainya.

itu hanya sekelumit roman yang berakhir dengan sentuhan takdir. sebenarnya bukan itu pembahasan utamanya. itu hanyalah awal pembuka dari serangkaian panjang perjalanan manusia. masih banyak lagi roman yang tak tertuliskan dan terbaca. begitu kompleks permasalahan yang timbul ke permukaan.

ketika kita di hadapkan kepada sebuah persoalan yang tak terbayangkan, maka yang terjadi adalah sebuah kekecewaan karena gagal mendapatkan/mempertahankan apa yang sudah/akan di dapatkan. semuanya menuju pada satu titik. Dewasa

oke, pada awal pembahasan kenapa saya memilih menggunakan kisah roman yang berakhir pada takdir? cukup sederhana, karena ketika kita tersudut pada sisi yang tidak di inginkan maka kita akan cenderung defend menggunakan semua alasan untuk mengelak. mencoba mempertahankan sisi yang kalah telak, mencoba mencari pembenaran dari sebuah keteledoran.

ketika terpojok, maka sifat alami kita akan mencoba bertahan. menggunakan cara apapun untuk tetap bisa survive. entah itu menghindar dan melarikan diri dengan alasan travelling, mendaki gunung, atau backpacker keliling dunia. untuk apa semua itu, itu hanyalah sebuah pelarian, sebuah alasan mengasingkan diri yang sebenarnya alasan semua perjalanan itu tidak hanya sekedar menikmati indahnya dunia. 

ada sisi yang ingin di cari oleh orang-orang seperti ini, bahkan marcopolo abad ini Agustinus Wibowo sekalipun melakukan perjalanan keliling dunia adalah sebuah pelarian. perjalanan yang tidak pernah mempunyai tujuan, ia melangkah begitu saja tanpa tahu akan kemana tujuan berikutnya, membiarkan jalan membawanya pergi menjauh selangkah demi selangkah. (sebuah kesimpulan yang ku tarik setelah membaca titik nol).

makna perjalananya bukan di temukan di belahan dunia yang di jelajahinya, namun di samping ranjang ibunya yang terbaring lemah karena sakit. ia menemukan semua makna perjalanannya dari ibunya, ibunya yang tidak pernah kemana-mana. ia menemukan semua makna itu.

lalu, untuk menemukan makna dari perjalanan ini tidaklah harus keliling dunia, semua orang punya safarnamanya masing-masing (begitu yang di tulis agustinus).

maknai perjalanan ini, maknai setiap langkah dengan kisah yang tidak selalu indah. harus ada warna di dalam perjalanannya. harus melangkah, meski hanya setapak. harus melangkah, tidak harus selalu maju, karena mundur beberapa langkah untuk meloncat lebih jauh itu akan lebih baik.

dan kemudian, maknailah perjalananmu. dengan kisahmu, bukan kisahku. gunakan hatimu untuk membimbing langkahmu, gunakan intuisi dan nalurimu untuk segera memulai kisah baru. tidak melulu harus romantis. sedikit heroik dan dengan sedikit aroma petualangan yang menyakitkan, akan lebih baik.

dan kemanakah kau akan pergi? gunakan hatimu untuk menentukannya..
Read More




Senin, 28 April 2014

Bahkan, Dedaunan yang Gugur Itu Sudah Digariskan Ketentuannya..



hidup tidaklah sebuah kebetulan tanpa alasan. bukanlah sebuah ketidak sengajaan. semuanya melalui proses penciptaan, mengalami sebuah siklus yang akan terus terjadi seperti itu, siklus yang tidak akan pernah berubah. lahir-hidup-mati. tumbuh-kembang-tumbang. semuanya sudah di skenariokan dengan sangat rapih. bahkan sebelum kita turun sekalipun garis hidup ini sudah di tentukan. semuanya terjadi sesuai kehendak-Nya.

malam ini, udara terasa begitu dingin menggigit.wajar saja, sore tadi hujan mengguyur kota ini dengan sangat deras, angin memporak-porandakan semua yang ada di hadapannya.
keadaan begitu sunyi. yang terdengar hanya gemercik air yang mengaliri aquarium yang tak berpenghuni itu. lalu suara ketikan pada keyboard menambah sedikit semarak malam yang kian mencekam.

tragis nasib aquarium itu. tanpa ikan. tanpa tumbuhan, warna airnya pun menjadi merah kecoklatan. padahal beberapa bulan yang lalu masih tampak hijau berseri, hidup. ada kehidupan dan keindahan di dalam sebuah bentuk silinder kaca dengan tinggi 90cm itu. kini, ia bagaikan gurun, gersang tanpa kehidupan, menakutkan. sungguh, berbanding terbalik dengan apa yang ku inginkan.

silinder kaca dengan air yang hanya setengah itu tak ubahnya refleksi dari diriku. keputusasaan menyergap masuk ke dalam celah pori-pori tersempit di antara kulit yang hanya membungkus tulang ini. hanya asap tembakau yang mampu menghilangkan kegundahan, dengan berbaris-baris ratapan doa yang entah mungkin tak akan pernah sampai kepada-Nya. kenapa? ya mungkin sajak baris lantunan doa yang menjadi ratapan itu hilang di tiup angin, tenggelam diantara gelombang kabut, hilang diantara rimbunnya dedaunan di belantara rimba. aku tak begitu memperdulikannya, hanya satu hal yang ku tahu, aku tak akan pernah berhenti untuk memuja-Nya.

ada perasaan lega yang terselip diantara nestapa. ada bahagia yang terlukis diantara guratan luka. ketika kenyataan berkata dengan sangat jujur terkadang terasa begitu sakit. tapi beitulah lafalnya, begitulah bunyinya.

terselip harapan yang terus mengapung, terbang begitu tinggi. hingga mata tak mampu untuk melihatnya. terlalu tinggi untuk menggapainya. hhmm,, bagaimana untuk menggapainya? terbang? mustahil, sayap pun aku tak punya, lalu bagaimana aku bisa menggapainya?
seorang kawan bijak menasehati, seorang pilot pesawat tempur sekalipun tidak bisa terbang dengan sayapnya, tapi dia bisa menerbangkan burung besi itu. akan selalu ada cara untukmu menggapainya. 
begitulah pesannya.

aku begitu kalut, batasan yang ku buat ternyata mengurungku di dalam sebuah kotak berkarat. terperangkap di dalam sebuah kotak yang di buat. kuncinya sudah tak mungkin lagi bisa membuka kotak itu, sudah berkarat. sudah lenyap. tinggal kotak berkarat dengan riwayat yang akan menjadi sebuah hikayat tanpa isyarat. musnah, tenggelam di dasar samudera tergelap.

isyarat itu sudah tersirat pada selembar kertas. semuanya menjadi sebuah pagelaran sandiwara yang nyata. sang "sutradara" sudah menuliskan sekenarionya sedemikian rupa. tak ada yang bisa mengelak dari terpaan takdir. 

bahkan. dedaunan yang gugur itu sudah digariskan ketentuannya..
Read More




Analisis, Perlukah?


analisis, merupakan hal mutlak yang harus dilakukan dalam mengambil tindakan. kenapa harus melakukan analisis terlebih dahulu? jawabannya tentu sederhana namun menjadi sangat penting dan krusial. keputusan/tindakan yang diambil dengan menggunakan analisis tentu akan mengurangi presentase kegagalan dan kesalahan fatal yang akan mengakibatkan sebuah kehancuran yang belum kita ketahui sebelumnya.

atau secara bahasa analisis berarti adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karanga, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara suatu masalah).

jadi bisa bayangkan, bagimana jika seorang manajer/pemimpin mengambil keputusan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. bisa saja keputusan yang diambil akan merugikan perusahaan/organisasi atau dirinya sendiri.

begitu juga jika di implementasikan ke kehidupan kita sehari-hari. analisis sangat di perlukan, berpikiran tajam dan kritis mutlak harus dimiliki oleh kita. kenapa? karena kita tentu tidak ingin menjadi konyol dan tampak bodoh dengan melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang. berbuat salah itu memang di butuhkan, namun kasusnya haruslah berbeda, tidak bisa selalu melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang, terlebih sebelumnya tanpa melakukan analisis.

permasalahan akan selalu datang, tanpa mengenal waktu. masalah tidak akan pernah lelah untuk sekedar menjenguk kita. dan seharusnya begitu juga kita bersikap, tidak akan pernah lelah menghadapi masalah. karena dengan masalah kita akan terus bergerak, manusia cenderung akan bergerak ketika di hadapkan pada sebuah masalah.

contoh, bangun pagi mungkin menjadi rutinitas yang ingin di hindari oleh sebagian orang. oleh karena itu Tuhan akan memberi masalah kepada kita, entah itu rasa lapar, entah itu ingin buang air atau segala rentetan masalah lainnya, dan pada saat itulah kita akan bergerak. bergerak untuk segera menguraikan masalah tersebut.

bagaimana kita harus menganalisis permasalahan?
pada dasarnya langkah awal yang akan dilakukan adalah menelan semua data informasi yang di peroleh, dari berbagai sumber. membaca, adalah langkah awal ketika memperoleh semua data tersebut, lalu mulai mempelajarinya. setelah dilakukan, maka klasifikasikan data berdasarkan kebutuhan, mulai untuk memeriksa keabsahan data tersebut, mulai menganalisis sebuah persolan, dan kemudian permasalahan itu akan segera di pecahkan dengan berbagai kesimpulan dan jalan keluar.

mudah sebenarnya, namun menjadi rumit dan sulit di lakukan jika kita tidak mempunyai keinginan untuk menjalankan fase dari setiap prosesnya. seperti menjalani hidup ini. setiap fase akan di lalui, fragmen-fragmen kehidupan kita di masa depan tidak berada di satu tempat, maka kita harus terus bergerak untuk mendapatkan fragmen-fragmen itu, menjadikannya untuh dan seimbang.

persoalan cinta, perasaan, ekonomi, sosial, lingkungan. merupakan paket yang harus kita dapatkan untuk dapat meenyeimbangkan setiap bagian di akhir cerita hidup kita.

terkadang keputusan yang di dasari hanya dengan menggunakan emosi hanya akan menambah panjang setiap rentetan masalah yang akan di pecahkan. akal, ilmu pengetahuan dan pengalaman akan sangat di butuhkan. tidak perduli seberapa lelah kita, tidak pernah perduli seberapa kuat kita masalah tidak akan pernah berhenti untuk selalu menjumpai.

jadi, ketika perasaan yang di dasari sebuah pengetahuan dan pengalaman akan menjadikannya lebih bermakna, akan menjadi lebih hidup. dengan analisis semuanya akan menjadi seimbang.


Read More




bijak (opiniku)


memaklumi = bijak?
keyakinan itu muncul begitu saja, mendobrak sisi yang tak terlihat. ketika logika di padukan dengan sedikit perasaan, maka yang terjadi adalah toleransi/kebijakan/memaklumi. tidak ada yang salah, hanya saja terkadang memaklumi sesuatu yang sudah (akan) terjadi seperti implementasi dari sebuah keragu-raguan yang tidak berpendirian (menurutku)

memaklumi tidak bisa dikatakan bijaksana, karena pada hakikatnya bijaksana berbeda dengan memaklumi. bijaksana itu adalah ketika kita bisa mengambil tindakan sesuai dengan apa yang terjadi. menarik satu tarikan garis tegas, tanpa kompromi. ketika salah, maka bijaksana akan mengatakan bahwa itu salah.

memaklumi? maka dia akan sangat mudah memaafkankan kesalahan itu/menganggap yang sudah terjadi itu tidak pernah terjadi. singkat kata dengan memaklumi kita dibutakan oleh intuisi, emosi. berhentilah berharap orang akan segera sadar dengan tindakannya yang salah dan berubah di kemudian hari setelah kita maafkan kesalahannya dengan hanya memaklumi, tanpa punishman. itu hanya akan menjadi bom waktu yang setiap waktu bisa meledak, meluluhlantakkan kepercayaan kita terhadapnya.

tidak bisa di benarkan mengambil tindakan "bijak" dengan memaklumi setiap kejadian yang terjadi.
seperti yang di kutip dari wikipedia yaitu:
   1. selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif. tajam pikiran
   2. pandai dan hati-hati (cermat, teliti dsb) apabila menghadapi kesulitan
jadi jika memaklumi dan memberikan toleransi berlebih bukanlah sebuah langkah bijak untuk mendidik seseorang/bawahan.

dan begitulah seharusnya kita bersikap bijak, tidak hanya didasarkan pada emosi. harus dengan pikiran, pengetahuan, analisa dan manfaat.

kesuksesan = proses..
oke, kita bergeser pada topik berikutnya.
terkadang kita terburu-buru ketika menyimpulkan sesuatu, banyak hal yang mendesak kita untuk segera mengambil tindakan. tentu saja kita sudah pernah mengalami situasi seperti itu.

terkadang kita sering mengambil keputusan yang salah, keputusan yang kurang tepat. hingga mengakibatkan serangkaian rentetetan masalah di luar prediksi. dan itu bukanlah sebuah kesalahan fatal, karena itu adalah langkah awal untuk kita berani mengambil tindakan yang di rasa tepat, tentu saja dengan berbagai pertimbangan.

sejuta kesalahan dalam mengambil keputusan akan lebih berharga daripada tidak mengambil keputusan sama sekali.  bahkan untuk menjadi orang yang berhasil tidak bisa di hitung dengan ukuran bebrapa minggu, perlu proses. dan ukuran itulah yang akan berbicara, apakah kita layak untuk di sebut orang sukses.

pernahkah terfikirkan oleh kita utnuk meloncati sebuah proses, ingin segera sukses tanpa harus memulai, tanpa harus bekerja keras? atau ingin mencapai garis finish tanpa melakukan start? hanya keajaiban dari Allah SWT yang mampu membuatnya seperti itu. dan hanya sang pemimpi tanpa realisasi yang akan mencoba mempraktikkan itu. berharap tangan Tuhan menyentuh nasibnya, tanpa harus bersusah payang menggapai semuanya? mustahil.

pemahaman tentang risk taker atau safety player
akhir-akhir ini sering kita dengar tentang "risk taker, safety player, atau problem solver". pernahkah kita benar-benar mencoba untuk memahami dan mengerti tentang apa yang di maksud? pernah suatu ketika saya menganalisis diri sendiri, kesimpulannya sangat mengejutkan. ternyata selama ini saya berfikir sebagai risk taker, tapi kesimpulan yang di dapatkan berkata terbalik, saya adalah seorang safety player! lalu bagaimana mungkin saya akan merasa sebagai problem solver? 

sebuah contoh, ketika kita melakukan kegiatan lebih dari satu kali, di tempat yang sama, dengan standarisasi dan konsekuensi yang tentunya bukan hanya terbayang atau teraba, tetapi sudah terlihat jelas. segera kita membuat mekanisme dan skenario sedemikian rupa, sehingga setiap kejadian yang akan terjadi (sudah) terantisipasi, prediksinya akan sangat tepat, (kegagalan hanya beberaa persen saja, dan kegagalan itu lebih dari sebuah faktor di luar kendali kita.) kenapa? karena kita pernah melakukannya, lebih dari satu kali, di tempat yang sma, konsep yang sama, tujuan yang sama. lalu dimana risk takernya?
maka, berfikirlah, apakah kita benar-benar seorang risk taker? bukan ingin membengkokkan atau mengubus gelora semangat yang membara untuk menjadi berbeda. hanya saja, jangan memahami sesuatu segampang kita ucapkan " I LOVE YOU, GIRL". harus ada analisa yang tepat dan kuat.

......
oke, sekarang kita kembali mengenai "bijak/memaklumi/toleransi". sebenarnya semua itu memang terkadang harus di lakukan. hanya saja, terkadang implementasinya terlalu mudah di bengkokkan dengan emosi dan perasaan "kasihan". dan ketika semua pembenaran itu dulakukan, maka langkah selantunya adalah menunggu bom waktu itu menghancurkan kepercayaan kita menjadi berkeping-keping. lebih tragisnya adalah, kita tidak akan mempercayai siapapun karena terlalu sering orang menyalahgunakan "kebijakan" yang kita buat. maka, jangan salahkan lingkunganmu, jangan salahkan perasaanmu, jangan salahkan logikamu, salahkanlah. kenapa kita tidak mampu menyadari itu dari awal? dan belum terlambat untuk menjadi sadar.

lalu, jadilah orang yang benar-benar bijak.
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML