Minggu, 11 Mei 2014

Siluet, Latar Indah yang Mempesona




Siluet itu, terlihat indah meski objek yang di tangkap oleh jepretan kamera/mata hanya gelap. Ada latar indah di belakangnya. Ada pesona dan keindahan dibalik kegelapan yang terlihat. Sejenak kaki berdiri menikmati pertunjukan alam, menari bersama indahnya kenangan masa lalu. Menikmati secangkir teh manis diantara semburat wajah mentari yang menjingga.

Tersenyum, diantara rimbunnya dedaunan pekarangan rumah. Sehijau masa depan yang penuh dengan asa. Sesegar embun pagi diantara kicauan merdu burung-burung liar yang terbang bebas. Hinggap dari satu pohon ke pohon berikutnya. Mencari kehidupan diantara kehidupan.

Siluet itu berkata sangat jelas, mengisyaratkan pesan dari sekedar keindahan. Sama seperti ketika menatap langsung matahari, maka setelahnya hanya ada gelap yang mampu di rekam oleh kedua mata. Tak ada warna cerita diantaranya. Hanya gelap, dan tak terlihat.

Bukankah hidup ini juga hanya sebuah perjalanan singkat. Seperti burung-burung liar itu, hinggap dari satu pohon ke pohon berikutnya. Mencari kehidupan diantara kehidupan? Bukankah hidup ini seperi siluet, yang hanya tampak indah latarnya? Semua orang tentu bisa mengartikan kehidupan ini seperti imajinasinya. Seperti kata hatinya, seperti pandangannya.

Seseorang dalam kisahku berujar “hidup ini bukan hanya untuk merasakan sakit”. Lalu kisah berikutnya berkata “terimakasih karena telah memberikan rasa sakit ini, karena aku bisa merelakan sebuah kehilangan”. Atau pada bagian kisah lainnya yang sebenarnya tidak berkata dengan lisan, namun langsung memberikan sebuah kenyataan yang harus ku mengerti tentang maknanya sendiri.

Lalu, aku merangkainya menjadi sebuah kisah yang penuh warna. Pada bagian tertentu aku menyukainya, namun ada bagian tertentu yang tidak ingin ku ingat sama sekali. Namun, jusrtu pada bagian yang tidak ingin ku ingat itulah aku menemukan berbagai makna dari sekedar “hidup ini hanya sebatas berteduh diantara gersangnya padang pasir”.

Tidak perlu melupakan masa lalu, tidak pula harus terus terpaku dengan masa itu. Yang di perlukan hanya sebuah keyakinan. Karena selain itu semua, kita tidak mempunyai apa-apa. Karena dari masa lalu kita ada di masa ini dan masa depan (mungkin).

Terakhir kali ku lihat semburat cahaya itu menyilaukan mata, hanya ada kegelapan yang tersisa. Namun, aku masih bisa melihat, merasakan, menyetuh dan mencium harumnya masa depan. Masih ada pesona diantara gelapnya malam yang panjang, masih akan ada rasa itu di kemudian hari.

Keputusasaan ini adalah merupakan kenangan terindah untuk masa depan yang entah dimana ujungnya. Mencampakkan, di campakkan, merendahkan, di rendahkan, menertawakan, di tertawakan, adalah bagian dari ceritanya.


Siluet,  latar indah yang mempesona…



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML