Siluet
itu, terlihat indah meski objek yang di tangkap oleh jepretan kamera/mata hanya
gelap. Ada latar indah di belakangnya. Ada pesona dan keindahan dibalik kegelapan
yang terlihat. Sejenak kaki berdiri menikmati pertunjukan alam, menari bersama
indahnya kenangan masa lalu. Menikmati secangkir teh manis diantara semburat wajah
mentari yang menjingga.
Tersenyum,
diantara rimbunnya dedaunan pekarangan rumah. Sehijau masa depan yang penuh
dengan asa. Sesegar embun pagi diantara kicauan merdu burung-burung liar yang
terbang bebas. Hinggap dari satu pohon ke pohon berikutnya. Mencari kehidupan
diantara kehidupan.
Siluet
itu berkata sangat jelas, mengisyaratkan pesan dari sekedar keindahan. Sama seperti
ketika menatap langsung matahari, maka setelahnya hanya ada gelap yang mampu di
rekam oleh kedua mata. Tak ada warna cerita diantaranya. Hanya gelap, dan tak
terlihat.
Bukankah
hidup ini juga hanya sebuah perjalanan singkat. Seperti burung-burung liar itu,
hinggap dari satu pohon ke pohon berikutnya. Mencari kehidupan diantara
kehidupan? Bukankah hidup ini seperi siluet, yang hanya tampak indah latarnya? Semua
orang tentu bisa mengartikan kehidupan ini seperti imajinasinya. Seperti kata
hatinya, seperti pandangannya.
Seseorang
dalam kisahku berujar “hidup ini bukan hanya untuk merasakan sakit”. Lalu kisah
berikutnya berkata “terimakasih karena telah memberikan rasa sakit ini, karena
aku bisa merelakan sebuah kehilangan”. Atau pada bagian kisah lainnya yang
sebenarnya tidak berkata dengan lisan, namun langsung memberikan sebuah
kenyataan yang harus ku mengerti tentang maknanya sendiri.
Lalu,
aku merangkainya menjadi sebuah kisah yang penuh warna. Pada bagian tertentu
aku menyukainya, namun ada bagian tertentu yang tidak ingin ku ingat sama
sekali. Namun, jusrtu pada bagian yang tidak ingin ku ingat itulah aku
menemukan berbagai makna dari sekedar “hidup ini hanya sebatas berteduh
diantara gersangnya padang pasir”.
Tidak
perlu melupakan masa lalu, tidak pula harus terus terpaku dengan masa itu. Yang
di perlukan hanya sebuah keyakinan. Karena selain itu semua, kita tidak
mempunyai apa-apa. Karena dari masa lalu kita ada di masa ini dan masa depan
(mungkin).
Terakhir
kali ku lihat semburat cahaya itu menyilaukan mata, hanya ada kegelapan yang
tersisa. Namun, aku masih bisa melihat, merasakan, menyetuh dan mencium
harumnya masa depan. Masih ada pesona diantara gelapnya malam yang panjang,
masih akan ada rasa itu di kemudian hari.
Keputusasaan
ini adalah merupakan kenangan terindah untuk masa depan yang entah dimana
ujungnya. Mencampakkan, di campakkan, merendahkan, di rendahkan, menertawakan,
di tertawakan, adalah bagian dari ceritanya.
Siluet,
latar indah yang mempesona…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar