Gumpalan
awan itu menghitam, sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Aromanya mulai
tercium ketika angin perlahan menghembus, membawa kabar gembira. Kesejukan sebuah
kehidupan di turunkan dari langit.
Jalanan
begitu hening ketika aku melintas, seperti biasa. Mencari sebuah ketenangan
dari lelahnya perjalanan yang entah kapan akan berakhir. Roda ini harus di
putar kembali, tidak boleh terhenti di satu titik. Keseimbangan ini harus
berputar kembali, melalui porosnya.
Udara
di kaki gunung memang begitu segar, sesekali menghembuskan udara yang menjadi
dingin. Kabut turun pelan-pelan, memenuhi lembahan, menemani pepohonan yang
membisu.
Setengah
lingkaran, membentang di cakrawala.
Pelangi
selalu indah, darimanapun sudut pandangnya. Ia akan tetap terlihat berwarna. Meskipun
ia hanya pantulan cahaya, hanya tampak oleh mata, tidak bisa di rasakan. Tetapi
ia bisa menenangkan. Begitulah warna bercerita, begitulah warna menyentuh,
begitulah warna berbagi kisah. Begitulah warna mempesona.
Namun
adakah makna lain dari sebentuk lingkaran penuh warna itu? Pelangi, selalu
setia menunggu hujan reda. Ia hanya akan terlihat ketika suasana begitu
berbeda, diantara hujan dan bentangan sinar mentari. Diantara cakrawala dan
mega-mega, diantara hembusan angin dan hawa dingin.
Ya,
warna itu tidak muncul secara tiba-tiba. Akan ada sebuah awal mula dari sebuah
kejadian yang begitu indah. Ada sebuah proses yang terangkai dalam sebuah
bingkai, potret yang terekam oleh alam.
Awalilah
semuanya dengan makna, maka akhirnyapun akan bermakna. Tidak perlu menjadi
sempurna, karena sesuatu yang sempurna itu hanya akan terjadi ketika kita bisa
memaknainya. Semuanya akan menjadi sempurna ketika kita bisa menjadikannya
seperti itu.
Diantara
hembusan angin dan hawa dingin, semuanya berawal. Diantara hembusan angin dan
hawa dingin, semuanya akan berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar