Jumat, 11 Oktober 2013

Tentang kenangan untuk masa depan




Seiring berjalannya waktu, silih berganti kita berjumpa dengan wajah-wajah baru. Menulis kisah pada lembaran kertas yang belum tercoret oleh tinta cerita duka, bahagia, nestapa dan cinta.

Dan ketika kau meninggalkan tempatmu berasal, meninggalkan teman sebaya, orang tua, rumah, hewan peliharaan, taman di pekarangan, atau tentang sunyinya suasana rumah ketika malam menjelang, dan akan menjadi sangat ramah ketika fajar mulai menyinging di ufuk timur, kau akan menemukan semua itu di tempat baru.

Waktu, tentu akan terus berjalan maju. Tak perlu ragu, karena semuanya akan berproses pada porosnya, seperti matahari yang akan selalu menyinari bumi. Orang-orang memang silih berganti, datang dan pergi. Siapapun itu, keluarga, sahabat, teman, rekan kerja, guru, atau bahkan seorang pujaan hati, mereka semua pada akhirnya akan pergi meninggalkan kita semua. Tapi, ingatlah, meski semuanya silih berganti dan pergi. Namun, kenangan akan kehadirannya akan selalu ada, berada di tempat yang paling aman, di relung hati ini..


Kawan, pernah ku ceritakan kepada kalian. Betapa inginku untuk pergi melangkahkan kaki ke luar sana, melihat isi dunia, bertemu dengan kalian, namun dengan versi yang berbeda, tempat yang berbeda dan dalam waktu yang berbeda. Tapi, entah kenapa. Aku selalu yakin, aku akan bertemu dengan orang-orang seperti kalian di luar sana.

Kawan, masih ingatkah senyum teduh seorang wanita yang kita panggil bunda itu, masih ingatkan betapa cerewetnya dia ketika mengingatkan kita, masih ingatkah bagaimana ia selalu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang sedang kita hadapi, masih ingatkah bagaimana ia selalu ada ketika kau membutuhkan seseorang berada di sampingmu, bahkan ketika teman terdekat yang sering kau sebut kekasih itu tak jua ada menemanimu diantara kegundahan hati ia selalu ada, atau masih ingatkah bagaimana ia cemas ketika tahu kita sedang tergolek lemas karena sakit? Aku tau, tak ada satupun dari kalian yang bisa melupakan semua tentangnya,..

….

Dari sekian banyak impianku akan masa depan, salah satunya adalah ingin ku ceritakan semua ini kepadanya, kepada kalian kawan. Lalu kita akan berkumpul di dalam satu lingkaran, dengan tumpeng di tengahnya mungkin akan tampak lezat dan hangat. 

Dan kumpulkanlah sebanyak-banyaknya kisah itu, rangkailah seindah mungkin, buat alurnya menjadi tak tertebak, sisipkan petualangan dan perjuangan diantara rasa nyaman, jika perlu bumbui dengan aroma kisah cinta di dalamnya, ku yakin. Pada suatu waktu akan banyak waktuku untuk mendengarkannya, akan ku luangkan waktuku untuk menuliskannya..
….
Read More




Selasa, 08 Oktober 2013

hanya fiksi



(anggi)
Hujannya lumayan deras malam ini, anginnya juga cukup dingin, baru terasa sedikit hangat ketika ku kenakan jaket. Perlahan gemuruh suara hujan dan kilatan halilintar menjadi melodi yang tak seromantis waktu itu, aku tak bisa berkata, hanya bergumam dalam hati. Tetesan hujan yang terkena sinar lampu itu membentuk wajahmu. Lalu mengalir perlahan dan mulai menjauh. Seketika pandanganku menjadi kabur, tak jelas dan kemudian benar-benar hilang. Hilang dari pandangan dan ingatan.
…..
(aku)
butiran-butiran bening air mulai keluar dari kedua kelopak matanya. Perlahan ia bercerita, tentang kisah usang yang entah akankah di kenang, atau di buang. Cukup indah memang, namun tentunya sedikit menyakitkan. Sesekali ia seka mata yang penuh dengan air mata, sedikit memerah karena iritasi, sesekali tersenyum dan tertawa. Namun tak bisa ia sembunyikan kebimbangan akan perasaannya.
Ya, hanya menunggu waktu saja hari pernikahannya. Namun, entah kenapa ia masih saja belum bisa benar-benar menghapuskan bayangan akan kisah masa lalunya, tatapannya nanar, lurus namun kosong. Helaan nafasnya terdengar berat, kemudian dilanjutkannya cerita itu, seolah kembali ke masa lalu, kembali membuka lembaran demi lembaran kisah yang sudah ia tutup untuk beberapa waktu lalu, ia buka kenangan-kenangan itu, masih bisa dirasakan manisnya, namun masih juga ku tangkap rasa getir diantara kata yang terucap dari bibirnya.
….
(anggi)
Malam itu, entah kenapa ingin sekali ku menyapanya, ada keinginan kuat yang mendorong lenganku untuk mengambil gudget kesayanganku. Namun, baru beberapa saat ku tekan tombol aktif, ada pesan masuk, segera ku buka, dan ternyata ada dia, wanita yang kini menjadi sahabatku itu, wanita yang dulu pernah menjadi kekasihku, wanita yang selalu ada di dalam cerita-ceritaku. Sepertinya kami terhubung, kami seperti memiliki ikatan batin yang kuat, ketika ku ingin menghubunginya, ia lebih dulu menghubungiku, dan begitu juga sebaliknya. Tak lama setelah berbincang-bincang melalui pesan singkat itu, ia mulai bertanya, agak serius. Semula ku tanggapi dengan wajar, namun entah kenapa, tak bisa ku pungkiri, ada sesuatu yang membuat hati ini berdesir, sedikit sesak, dan nafasku mulai berat.
Dari pesan itu, ku ketahui. Dalam waktu dekat ini dia mau melangsungkan pernikahan. Harusnya aku bahagia, karena dia telah menemukan lelaki yang tepat. Tapi, hatiku terlalu jujur untuk berbohong, kalau dia adalah wanita yang istimewa. Hingga kini, aku selalu mencari wanita yang seperti dia, tentu mustahil tapi memang itu inginku. Banyak wanita yang ku kenal, dekat denganku, tapi entah kenapa aku selalu membandingkan semua wanita itu dengannya.
Dan kini, mimpi itu perlahan akan menjadi nyata. Dia, wanita yang selalu menemani setiap waktu luangku, meski hanya sebatas fatamorgana saja, akan benar-benar meninggalkanku.  Bersama orang lain, bukan denganku tentunya.
Dan dengan seiring berjalannya waktu, akan ku temui wanita-wanita seperti ia di luar sana, dengan nama dan kisah yang berbeda. Lalu, aku disini, hanya bisa berdoa untuknya, dan untukku. Semoga semuanya menjadi seperti seharusnya.
Semenara itu, waktu akan berjalan dengan semestinya, akan beralur seperti seharusnya. Dan semuanya akan menjadi kisah yang entah akan terbuka lagi atau di tutup rapat-rapat. Untuk selamanya.
Hujan masih saja turun, dan angin yang bertiup semakin menjadi dingin. Lantunan lagu sendu menjadi semakin dramatis, suasana menjadi begitu dingin, beku, dan untuk sementara waktu tak akan ada lagi cerita tentangnya..
….
(aku)
Lalu, masih dengan tawa khasnya ia melanjutkan cerita.
….
(wina)
Dulu, ketika semuanya berlalu begitu saja, tiba-tiba saja ada sesosok laki-laki yang sangat mirip dengannya, ia buatku tertawa, dan entah kenapa ia mampu membuatku tenang. Sosoknya benar-benar seperti kekasihku dulu. Aku pun tak tahu bagaimana ini bermula, sedikit menyesal ketika semuanya telah terjadi. Aku berada diantara dua orang yang sama-sama ku sayangi, aku berada di tengah prahara perasaan, berkecamuk hebat di dalam jiwa. Ingin berlari meninggalkannya, melupakannya, namun semakin berusaha untukku berlari menjauh, ia semakin mendekat, semakin keras usahaku untuk lupakannya semakin teringat jelas tawa dan senyumannya, tingkah laku dan gaya bahasanya, dan entah berapa kali aku meneteskan air mata untuknya.
Aku begitu rapuh, dan hingga keputusan besar ini akan ku ambil, ia belum mengetahuinya, ia begitu jauh berada di seberang sana, hingga kepergiannya kemarin tak bisa ku katakana rencana ini, rencana besar dalam hidupku. Semoga saja ia mengerti. Ya, semoga saja..
(arman)
Jam menunjukkan pukul 10.15 wib, sebentar lagi pesawat yang akan membawaku ke kota kelahiranku akan lepas landas. Orang-orang tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, sementara itu, aku masih terdiam di ruang tunggu. Kemarin, datang telepon dari ibu, aku harus segera pulang, ayah sakit.
Meski berat meninggalkan kota ini, tapi memang seharusnya aku meninggalkan kota ini. Kota yang mewujudkan impianku satu-persatu. Ku tinggalkan sahabat-sahabatku, ku tinggalkan kampus tercinta, dimana semua cerita berawal dari sana, ku tinggalkan ibu angkatku dan tentu saja orang yang spesial, ya, dia wanitaku, meski dia juga wanita orang lain, bukan hanya aku. Aku berada diantara mereka, berada di tengah-tengah situasi yang tak bisa ku pahami dalam sekejap mata.
Kenangan-kenangan manis di kota ini tentu akan selalu indah untuk di kenang. Pandanganku kosong, pikiranku melayang menuju tempat kota kelahiranku, tak jauh beda dengan kota ini, udara bersih, hawa dingin khas pegunungan, ramah warga dan tetangga, ramainya surau-surau dikala senja menjelang oleh suara anak-anak yang belajar ngaji atau tentang indahnya pematang sawah, dengan latar danau di belakangnya. Damai sekali kampung halamanku.
Bayangan akan kampung halaman berkelebat cepat, tatkala ku ingat akan orang tua angkatku di sini, belum sempat ku kabarkan kepulanganku, kemarin aku hanya bilang ingin pergi ke ibu kota, mencoba mengais rupiah dengan selembar surat sakti bernama ijazah. Lalu, ku kabarkan kepadanya, aku harus pulang, suaranya terdengar parau di seberang sana, akupun sama. Ku tangkap nadanya agak sedikit berat, seperti biasa. Nasehat dan wejangannya diberikan untukku, tak lupa doanya juga ia sertakan untuk mengiringi langkah-langkahku.
Ku kabarkan kepada beberapa sahabat, rekan dan semuanya. Dalam hati aku berjanji akan kembali lagi.
Lalu, ku beranikan diri untuk mengucapkan selamat tinggal untukmu, cintaku. Kupahami, berat rasanya jika kita lanjutkan kisah ini, karena ku tahu, mungkin kau sudah punya rencana dengannya, orang yang telah lama kau kenal, bukan aku. Anak kemarin sore yang hanya bisa membuatmu tertawa sementara. Tapi, terimakasih untuk semua cerita singkat itu. Akan ku bingkai semua kisah itu dan ku simpan di relung hati yang paling dalam.
….
(aku)
Sulit ku pahami kisah ini, terlalu rumit. Terlalu berani mereka, entah bodoh atau konyol. Namun tak bisa di salahkan juga. Karena ketika cinta datang, tentu ia tak mengenal waktu, tak mengenal keadaan. Jika waktunya ia masuk kedalam dua jiwa yang berbeda, apapun kondisinya, terjadi juga. Yang bisa dilakukan hanya belajar dari kejadian yang terjadi, dan apalagi selain mengambil hikmah dari semuanya. Dan setiap orang akan berada di dalam ceritanya masing-masing..

**sebuah fiksi untuk seorang kawan dan sahabat, maaf curhatannya di jadiin tulisan, kalo ga sesuai sama alurnya maklumin aja ya.. hhee,,(lagi belajar nulis soalnya, makasih idenya.. :) )
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML