Senin, 17 November 2014

Dia, Wanita yang Tak Ku Kenal

#Tafsir




Bahkan aku tak mengenalnya. Pertama kali ku sapa, tak ada maksud lain yang terlintas di dalam benak, hanya ingin menyapa dan mengucapkan terima kasih. Namun, akan selalu ada hal menarik, hingga aku menuliskan ini. Tengah malam, ketika udara di kota ini benar-benar menjadi sangat dingin.

Segera tuntas pekerjaanku, dengan pikiran yang bisa ku bilang ‘kacau’ aku harus bisa menunaikan kewajiban bukan? Tak ada kompromi untuk memberikan yang terbaik dalam menuntaskan tanggung jawab, karena pernah ku dengar bahwa ‘tanggung jawab adalah sebuah kehormatan’ dan itu akan selalu ku tunaikan, meski memang masih ada kesalahan, karena ku anggap itu adalah prosesnya. Dan begitulah aku menjalani hidup.

Pekat merayap pelan, menelan semua kecerahan di angkasa, di luar tak ada kehidupan, sepi. Ketika ku telisik tentang dia, seseorang yang tak ku kenal itu. Ada sebuah makna yang entah seperti apa wujudnya, yang ku tahu bahwa jelas masih ada orang yang melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya, dan jika itu menyangkut rasa, aku akan selalu tertarik untuk menelisik, membuat lembaran demi lembaran kisah tentang itu.

Naluriku terlalu kuat untuk dicegah, namun ada sedikit kemampuan untukku selalu bisa menemukan sumber cerita, meski dengan versi yang berbeda, namun ku yakin alurnya akan tetap sama, satu persatu kisahnya terungkap, ada makna yang sedari awal ku terka, wanita ini mengalami kejadian yang tentu tidak ingin di alami. Wajar, ini hanya menjadi sebuah parodi pada akhirnya, lelucon sebelum kebenaran itu muncul. Tak habis fikirku tentang seseorang yang mengungkapkan rasanya dengan cara seperti itu.

Dia -lelaki- tidak hanya menyulut dahan kering dengan api, namun juga menambahkan angin dan bahan bakar, tentu saja dia hanya akan mendapatkan abu, abu yang bahkan hanya akan menghilang ketika musim kemarau datang, angin akan membawanya terbang, hilang.

Bagaimana mungkin dia akan menjelaskan bahwa itu adalah bentuk dari kasih sayang? Bukan, itu hanya ambisi, hasrat. Seperti birahi yang meninggi, dan kemudian menghilang jika sudah tersalurkan. Sesaat.

Lalu bagaimana dia akan menjelaskan, ketika bentuk perhatiannya justeru meneror sang pujaan? Itu juga bukan hal yang baik, tapi aku tak bisa berkata benar atau salah, karena tentu itu akan menjadi sebuah bahasa yang semakin tak jelas arahnya. Benar dan salah? Itu klise.

Aku belajar dari banyak hal, dari sebuah kemungkinan yang terbilang memiliki peluang mendekati mustahil, jika mengukur dengan presentase. Namun, ku tegaskan, tak akan ada hal yang mustahil, mengukir di atas air dan menggurat pena di angkasa itu bisa dilakukan, caranya? Tak perlu bertanya-tanya tentang itu, karena jika kau tak yakin dengan itu, mustahil kau mengerti tantang jawabanku, kau baru akan mengerti itu jika kau meyakini apa yang ku yakini.

Dan wanita ini, meski aku sudah tahu apa sebenarnya yang terjadi antara dia dan orang itu, aku belum cukup tahu tentang semuanya, tapi setidaknya dia -yang tidak ku kenal- bisa membuka mataku, bahwa ada cerita seperti ini, dan itu nyata.

Tentu akan ku buat ambigu, karena aku berharap bisa memperjelasnya, dalam balutan nada dan dentingan dawai kehidupan.
Terima kasih telah menemani dalam setiap detik di penghujung waktu, terima kasih untuk setiap detik waktu yang tersedia ketika di awal waktu ia kembali menyapa, terima kasih untuk secercah keyakinan tentang permukaan setiap kemungkinan yang mulai tenggelam, si penggenggam hujan akan bersenandung, dan dia akan menemukan ‘pelukis langit’ dengan versinya..





Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML