Melelahkan,
kembali menari diantara jeram-jeram itu, menikmati setiap liukan arusnya yang
begitu liar, gemuruh airnya menelan kesunyian. Sesaat aku kembali terpana,
sesekali jantung berpacu begitu cepat, secepat aliran air yang menghantam
bebatuan di bawahnya, ciptakan gelombang dengan arus yang tidak bisa di
remehkan. Lengah sesaat, bukan mustahil akan terbenam dan terkurung di gulungan
arus yang begitu deras. Lalu berakhir sudah.
Sekali
hentakan keras dayung memecah arus, melawan jeram, menerjang bebatuan. Meskipun
bukan pertama kali bermain dan menari diantara jeram-jeram itu, aku tetap
terpesona. Bermain dengan adrenalin, bekerja secara tim, menjadi sebuah
kemutlakan yang harus dilakukan. Menekan ego, membunuh rasa takut, berjabat
tangan dengan resiko, berpacu dengan waktu.
Hanya
sepersekian detik keputusan yang harus di buat, hanya punya beberapa menit
untuk bisa bertahan ketika berada di dalam pusaran air yang begitu liar. Berfikir
dan bertindak dengan sangat cepat, bahkan tidak ada waktu lagi untuk sekedar
mengulur waktu, sebuah keputusan terbaik dalam waktu beberapa detik akan
menentukan semuanya.
Seperti
hidup. Waktu akan terus berpacu, tanpa toleransi, tanpa ada belas kasihan. Jika
terlalu lama mengambil keputusan, maka kita akan terbenam di dalamnya, akan
terus berputar-putar tanpa bisa keluar. Maka yang terjadi adalah, kita akan
terperangkap dan tidak sadar dengan kondisinya. Maka, waktu akan benar-benar
menikam dengan sangat menyakitkan.
Begitu cepat aliran waktu bergulir, begitu
cepat setiap kejadian berlalu, beitu cepat tanpa kita sadari semuanya sudah
berlalu.
Menaklukkan
jeram dalam setiap pengarungan bukanlah tujuannya, bukan untuk menaklukkannya. Tujuan
sebenarnya adalah untuk melaluinya dengan selamat. Jika dianalogikan dengan
kehidupan, jeram itu seperti rintangan dan tantangan, masalah yang harus di lalui
dan di selesaikan dengan cepat. Menyelesaikan masalah tanpa harus membuat
masalah baru. Karena tanpa harus di buat, masalah akan dengan senang hati hanya
untuk sekedar menyapa.
Tantangan
itu bukan untuk di taklukkan, melainkan untuk di jadikan pembelajaran. Bukankah
hidup juga adalah pengarungan. Terkadang maju dengan sangat cepat, namun
sesekali karam. Sesekali mendayung sekuat tenaga meski sudah tidak ada tenaga
yang tersisa. Jika tidak mendayung, maka perahu itu akan kandas di antara
gelombang yang begitu liar.
Dihadapkan
dengan sebuah persoalan hidup, arus masalah yang mengalir dengan sangat cepat,
bertubui-tubi menghantam, menggoyahkan laju perahu, berjalan tersendat. Mengikuti
arus utama mungkin akan sangat berbahaya, namun arus utama itu harus di lalui. Karena
laju perahu hanya akan benar-benar cepat jika berada di arus utama, walaupun
dengan resiko yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan kita akan bermain
dengan resiko, namun resiko itu akan mengajarkan kita dengan sangat cepat, mengajarkan
bagaimana mengendalikan laju perahu.
Begitu
juga ketika kita menjalani hidup, kita harus mengikuti arus utamanya, bermain
dengan resiko, tanpa harus menghindari masalah. Karena masalah itu adalah arus
utamanya, dan kita harus masuk kedalamnya, mencoba mengarunginya, belajar
menghadapi masalah, bukan belajar untuk menghidari masalah.
Semakin
banyak masalah yang di hadapi maka akan semakin banyak pula pembelajaran yang
di dapatkan, dan itu menjadi bekal untuk kita bisa melaju dengan cepat,
mengikuti arus utama, melewati terjangan jeram permasalahan dengan cepat,
melaluinya tanpa meninggalkan sisa masalah.
Dan bahkan,
semua orang akan memilih hidup dengan petualangan, karena dengan petualangan
hidup menjadi lebih bermakna, ada banyak warna didalamnya, akan ada banyak
kisah yang bisa di ceritakan.
Namun,
terkadang kita cepat sekali berubah pikiran. Awalnya kita begitu menyukai
sesuatu atau hal itu, namun akan dengan sangat cepat kita akan segera mengambil
sikap drastis, berputar 180 derajat, kita begitu cepat menyukai, maka suatu
saat kita akan membenci.
Awalnya
kita tertantang dengan petualangan yang begitu berisiko, katanya hidup tidak akan
ada makna jika hanya lurus, maka diperlukan liku-likunya. namun, pada saat
petualangan penuh resiko itu datang dalam wujud masalah tidak sedikit dari kita
yang akan berbalik belakang, bahkan menghindarinya. Merasa tidak mampu untuk
melaluinya, tidak jarang akan berkeluh kesah.
Merasa
tertekan ketika menghadapi masalah, lalu menjadi putus asa. Kemudian menyalahkan
diri sendiri, dan masalah seperti jeram-jeram itu, ia tidak mengenal apapun,
tidak mengenal kata ampun. Jika tidak bisa keluar darinya, maka bersiaplah
berakhir di dalamnya.
“bukankah kami telah melapangkan dadamu?, Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu yang
memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (asy-syarh:1-8)
…….
Menari
bersama gelombang, menerjang jeram, sekali dayung, sekuat tenaga. Melaju mengikuti
arus utama. Hidup harus dijalani seperti itu, bersikap bijak seperti derasnya
arus liar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar