Menulis… aku bisa menjadi
apapun didalamnya. Bebas, tanpa ada batasan yang menyekat dan menghalangi, tak
di atur oleh aturan baku yang kaku, tidak melulu sistematik, bisa beralur maju,
mundur, memainkan ribuan kata dalam sentuhan nada, sedikit di bumbui drama yang
agak dramatisir, atau tentang pilunya duka karena nestapa yang tak berujung
menjadi ceria. Semuanya bisa kulakukan dalam sekali sentuhan, bisa berjam-jam
ku habisakan waktuku untuk sekedar menghilangkan dahaga akan sesuatu yang ingin
menjadi nyata.
Membaca, aku bisa memasuki
alam penulisnya, menjadi tokoh dalam alur ceritanya, terhanyut akan melodi
kisahnya. Menikmati dari setiap detail yang dituliskan dengan begitu nyata,
meski tanpa visual yang tak berujung pada tatapan nyata dari sepasang mata. Tentu
semuanya tampak begitu nyata, meski pada dasarnya tak ada sedikitpun ia tampak
di hadapan.
Tulisan, lebih tajam dari
seribu mata pedang yang pernah di ciptakan, lebih tajam dari jutaan lisan manusia
yang mampu memfitnah saudaranya sekalipun, tanpa harus mengangkat senjata,
membunuh sesama, atau melukai hati. Dengan tulisan, dunia dalam genggaman,
merubah setiap pola pikir manusia, mempengaruhi secara halus, dan begitu
lembut, lebih lembut dari sutera terbaik di dunia, tanpa ada paksaan tuk segera
meng “amin” kannya, semuanya begitu teratur, penuh kasih.
Namun, tak jarang. Sebuah tulisan
juga mampu menajadi sebuah senjata mematikan, melebihi senjata kimia yang
gencar di perbincangkan, mampu membatai setiap nyawa dari kata-katanya,
melibihi berondongan senjata dari para serdadu yang diarahkan kepada warga
sipil yang tak terlatih mengangkat senjata.
Pemikiran tajam dan kritis
menjadi hal yang wajib, tentu juga imajinasi menjadi sesuatu yang harus segera
di miliki. Tingkat khayalan yang tinggi akan menjadi permulaan yang bagus. Bagaimana
tidak, dulu orang-orang hanya berkhayal bisa menjelajah angkasa, mendaki gunung
tertinggi di dunia, menyelam hingga ke dasar samudera, dan kini semua khayalan
itu menjadi sebuah kenyataan yang begitu manis. Teknologi merajalela
dimana-mana, dan dari khayalan masa lalu, generasi sekarang diperbudak oleh
hasil khayalan itu. Bagaimana tidak, hidup tanpa teknologi tentu menjadi hal
yang hambar kini, sepertinya teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok, bisa di
sejajarkan dengan kebutuhan primer, yaitu sandang, pangan, papan. Dan semua itu
tak bisa terelakkan begitu saja, semuanya akan bermanfaat jika sesuai porsinya.
Lalu, kembali kepada
tulisan, menulis, bacaan, membaca. maka, mulai tulislah semua fase dalam hidup
ini, kemudian baca jika kau mulai lupa mengenai cara berjalan di masa yang akan
datang. Karena, menulis dan membaca ternyata menyenangkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar