Kamis, 08 Mei 2014

Aku dan pohon rindang




Sejuk memang, berada di bawah pohon rindang, terlebih ketika matahari berada tegak diatas kepala. Semilir angin di bawah pohon rindang menjadi pilihan terbaik, melebihi ruangan ber AC lengkap dengan fasilitasnya.  Dan kurasa semua orang akan menyetujui ini. Bukankah begitu? Kurasa sudah ku dapat jawabannya.

Semilir angin, pohon rindang, suasana tenang, tentram, adakah yang menginginkan lebih dari itu? Ternyata, ada ketenangan yang tersimpan diantara pesan semilir angin di pohon rindang.
Pohon itu bisa menjadi rindang, teduh, sejuk ketika berada diantara dahan-dahan yang bercabang. Namun, bukankah pohon itu tidak langsung menjadi rindang? Bukankah ia mengalami proses yang sama dengan kita? Dia memulai proses untuk memulai hidup, bertahan hidup, untuk menjadi tinggi, untuk menjadi rindang, untuk menjadi sejuk? Bukankah ia mengalami serangkaian proses sebelum menjadi seperti sekarang ini?

Mungkin hanya sebagian pohon yang kita tanam bisa bertahan. Perjuangannya bahkan di mulai dengan proses yang tidak kalah rumit. Ketika pertama kali di masukkan kedalam tanah, ia akan menyesuaikan lingkungan baru, bertahan dari sengatan matahari yang terkadang begitu menyala membara, atau derasnya hujan terkadang mengikis kekuatan tubuh yang masih rentan itu? Belum lagi dengan angin yang bertiup kencang, dengan hama dan pemangsa. Serangkaian perjuangan panjang untuk tetap bertahan.

Hingga akhirnya kini kita bisa menikmati berada dibawahnya, memetik inspirasi dari kesejukannya, merasakan ketenangan yang sulit untuk di tuliskan dengan abjad. Bahkan ketika pohon sudah berdiri menjulang tinggi sekalipun masih banyak terpaan yang harus di terimanya, semakin tinggi pohon berdiri maka akan semakin keras pula angin menghempas, seperti pepatah lama berbicara mengenai peribahasa. Semakin tinggi pohon berdiri maka akan semakin ia mudah untuk di gerakkan angin.

Memerlukan berapa puluh tahun untuk menjadi pohon rindang? Berapa puluh tahun agar kesejukan itu datang? Begitu juga dengan kita, untuk menjadikan kita bermanfaat bagi sesama tidaklah bisa dilakukan dalam kurun waktu beberapa minggu saja. Perlu perjuangan, tekad dan keinginan yang kuat.

Untuk berdiri kuat, untuk menjadi tangguh tidaklah bisa dilakukan tanpa melakukan atau merasakan pahitnya hidup. Karena tanpa rasa pahit, mustahil ada rasa manis. Karena semuanya harus ada perbandingannya. Semua rasa harus dirasakan, agar lengkap makna setiap rasa itu.

Ada kalanya memang kita harus merasakan kerasnya perjuangan ini. Melakukan serangkaian perjalanan panjang nan melelahkan. Adakalanya kita harus berhenti sejenak untuk mengusir penat, adakalanya juga kita harus jalan tertatih, merasakan sedikit kekecewaan dan rasa bersalah. Untuk menjadi rindang.

Lalu kesejukan setidaknya akan membawa kita pada sebuah ketenangan yang sebenarnya. Kesejukan yang akan membawa kita kedalam sebuah arti kata damai yang sesungguhnya. Antara aku dan pohon rindang, seperti itulah kita akan mencoba melakukannya.





Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML