Rabu, 07 Mei 2014

Di batas kota (ketika sore menyapa)



Menyimpulkan dari pembicaraan beberapa waktu silam. Entah mengapa waktu yang telah berlalu itu kembali terbesit di benak. Di suatu sore yang cerah, seperti biasa suasana kota ini begitu romantis (bagi sebagian orang).

Tanpa sengaja, mataku menyaksikan pedagang yang berkeliling menjajakan dagangannya, seolah terik matahari yang membara itu adalah sahabat sejati. sahabat yang selalu menemani setiap langkahnya dalam menjemput rezeki.

Tak perduli pakaiannya basah oleh peluh, tak perduli telapak kaki yang beralaskan sandal jepit itu bertambah keras, karena entah berapa puluh kilo meter ia berjalan, bergerak pelan, menyusuri setiap gang, jalan raya, perkampungan.  Membelah waktu, menyonsong sebuah harapan baru, berharap anak istri bisa tersenyum ketika ia pulang dengan beberapa lembar rupiah. Menyambung asa untuk tetap bertahan dengan terpaan situasi kota yang kian merajalela, menikam siapa saja.

Hidup bukanlah hanya sekedar mencari nafkah, karena semuanya berjalan berdasarkan ibadah. Setiap peluh yang menetes, setiap langkah kaki yang terus berpindah, setiap helaan nafas yang terkadang begitu berat karena himpitan kenyataan, semuanya adalah kenikmatan yang di berikan sang khalik. Kenikmatan yang seharusnya tidak di khianati oleh sumpah serapah karena merasa lelah.

Kembali terbayang akan kisah masa lalu, begitu klasik dan romantic. Ada euphoria di dalamnya, ada asa yang melambung tinggi, menembus cakrawala. Ada harapan yang terbesit di setiap keinginan masa depan.
Dari pinggiran kota ini, aku menatap kejadian yang terlihat begitu gamblang. Jelas sekali terlihat, meski dengan mata tertutup. Semuanya bisa tergambar hanya dengan menarik nafas sekalipun.
   
Rerumputan itu tampak tenang bergoyang, hijau terlihat di pekarangan. Begitu tenang sekilas mata memandang. Hamparan rumput yang menghijau itu mungkin hanya kiasan kenangan yang tak lama kemudian menguning kering ketika hujan tak kembai membasahi bumi.

Akan ada masa sulit diantara masa tertawa. Akan ada kegelisahan diantara bahagia. Akan ada rasa takut diantara berani yang meninggi.

Sekali merasa kecewa akan di balas dengan ribuan rasa bahagia, ribuan kali melakukan kesalahan akan dibalas dengan jutaan kata maaf beserta nikmat yang di janjikan. Seribu kali berkhianat akan digantikan dengan kasih sayang yang tak terkira, begitulah sabda-Nya. Dan begitu pula seharusnya kita mencoba bersikap.

Setiap kejadian yang tersirat tentu mempunyai maksud meski tak tersurat. Ada sabda yang tak terbaca namun bisa di yakini oleh segenap hati.

Melihat anak-anak yang bermain itu sungguh indah. Ingin kembali mengulang ke masa itu, namun waktu tidak akan mengizinkannya. Karena prosesnya kita harus menjadi berkurang usia dan bertambah tua. Hanya bisa mengambil makna dari yang mampu di rasakan oleh panca indera.

Di batas kota, ketika sore menyapa dengan kehangatan sesingkat membalikkan telapak tangan. Kembali ku rasakan hangatnya sebuah harapan. Bukan saatnya merasa menjadi tidak berguna. Bahkan benalu sekalipun tentu ada manfaatnya.

Tidak harus menyalahkan siapapun. Karena keindahan rembulan di tengah malam hanya akan terlihat ketika benar-benar gelap. Harus ada sisi gelap diantara cahaya yang terang benderang, agar terlihat. Agar bisa merasakan keindahannya. Harus ada dua sisi yang berbeda, karena sisi itulah yang akan melengkapi. Sisi yang akan terus bersatu.



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML